PUASA bukanlah semata-mata menahan kebutuhan jasmani akan makanan dan minuman; ia mengandung dimensi yang lebih dalam, melibatkan refleksi terhadap sifat-sifat kemanusiaan yang terpuji. Sebagaimana diamanatkan dalam ayat Al Quran yang agung, “Wahai orang-orang yang beriman, wajib atas kalian berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian, agar kalian mencapai tingkat ketakwaan.” Oleh karena itu, puasa bukanlah sekadar menahan diri dari makan dan minum, tapi juga dari segala bentuk perilaku yang merugikan dan menyinggung hati orang lain.
Lebih jauh lagi, puasa mengajarkan kendali atas pikiran. Menahan diri dari prasangka buruk dan pemikiran negatif, serta membuka diri untuk menerima sinar-sinar inspirasi dari hati-batin, adalah bagian integral dari proses ini. Selain itu, tidak lupa untuk senantiasa merenungkan ayat-ayat suci dan berzikir dalam setiap kesempatan.
Adapun aspek jasmani dari puasa, ia mengajarkan keseimbangan dalam memenuhi kebutuhan tubuh. Tidak berlebihan dalam makan dan minum, juga tidak menelantarkan kebutuhan dasar. Puasa bukanlah praktik sementara, melainkan pembelajaran untuk menjaga keseimbangan dan kesucian diri sepanjang waktu.
Secara keseluruhan, puasa adalah perjalanan spiritual yang membentuk karakter. Ia membimbing individu untuk lebih sadar akan keberadaan Ilahi dan menahan diri dari perbuatan-perbuatan yang merugikan. Semoga dengan menjalani puasa penuh kesungguhan, kita semua dapat meraih tingkat ketakwaan yang tinggi dan berhak menghuni surga yang luasnya melampaui langit dan bumi. (*)