Media Analis Indonesia, Ambon –Sejumlah mahasiswa Universitas Pattimura (Unpatti) Ambon yang tergabung dalam Aliansi Mahasiswa Pattimura (AMATIR) menolak peralihan status kampus menjadi Perguruan Tinggi Negeri Berbadan Hukum (PTN-BH). Penolakan itu diutarakan lewat aksi unjukrasa, Senin (6/4/2024).
Dalam aksinya, mereka membawa spanduk dan poster, berorasi sambil berjalan melewati sejumlah area kampus; mulai dari Fisip dan berakhir di rektorat.
Tepat di depan Gedung Rektorat, tuntutan aksi dibacakan perwakilan pendemo.
Terkait dengan Unpatti yang terus dibicarakan Rektor dalam menuju PTN BH, kami merasa ini harus dikaji lebih serius,” ujar salah seorang masa aksi, Kadri , Senin.
Dijelaskan, mempertimbangkan sejak Unpatti berubah status dari Satker ke BLU, dalam laporan rencana bisnis dan anggaran (RBA), Unpatti masih bergantung kepada uang kuliah tunggal (UKT) mahasiswa.
Sejak 2018-2021 penggalangan dana dari mahasiswa untuk operasional kampus memiliki porsi 85 persen dari pnbp. Hal ini menunjukkan Unpatti masih belum mampu dalam mengelola unit bisnisnya yang optimal sehingga biaya operasional masih ditanggung oleh UKT dari mahasiswa,” tegasnya.
Selain itu, mereka juga membeberkan beberapa kasus yang terjadi di Universitas yang telah berubah status ke PTN-BH.
Kasus terbaru di Universitas Brawijaya, 513 mahasiswa baru yang lolos, mengundurkan diri karena biaya UKT yang tinggi,” jelas Kadir.
Aksi mereka ini berhasil teraudiensi, dimana langsung hadir Wakil Rektor 2 Prof. Pieter Kakisina dan Wakil Rektor 3 Dr. Nur Aida Kubangun.
Dalam audiensi itu, Rektor 2 Prof. Pieter Kakisina mengakui universitas belum mampu menuju PTN-BH, apalagi mengejar target perubahan status di 2025.
“Dalam menuju PTN-BH, Kami tidak bisa dengan standar 350 milyar, sedangkan kami hanya 157 milyar,” jelasnya
“Jadi kalau Unpatti sudah mampu dalam PTN BH baru buat. Tapi kalau tidak mampu, mau paksa bagaimana. Jangan paksa. Kami harus realistis,” imbuhnya.
Ditegaskan, mahasiswa pun tidak boleh dikorbankan dengan menaikan UKT.
“Mau kasih naik mahasiswa punya UKT, yah tidak bisa,” tambahnya.
Dijelaskan akan hal ini, sarana dan prasarana harus membawakan pemasukan sehingga mahasiswa tidak terbebani.
Diketahui, aksi ini mulai dari pukul 13.30 – 16.40 WIT, dan berakhir dengan audiensi di depan Gedung Rektorat Universitas Pattimura Ambon.(*)