Pendekatan Sosiokultural pada Aspek Lingkungan dalam Pembelajaran Berdiferensiasi

Anin Eka Sulistyawati, S.S., M.Hum

Media Analis Indonesia –

Oleh: Anin Eka Sulistyawati, S.S., M.Hum. Dosen Pendidikan Bahasa Inggris FKIP UPS Tegal

Pembelajaran berdiferensiasi merupakan proses belajar yang mengakomodir siswa dapat mempelajari materi pelajaran sesuai dengan kemampuan, pilihan, dan kebutuhan mereka. Salah satu aspek dalam pembelajaran berdiferensiasi adalah aspek lingkungan atau iklim belajar di kelas. Guru memiliki kesempatan dan kemampuan untuk menyesuaikan lingkungan belajar di kelas sesuai dengan profil siswa.

Lingkungan belajar yang dimaksud meliputi susunan kelas secara personal, social, maupun fisik. Penentuan lingkungan belajar yang tepat harus melihat pada profil siswa di kelas tersebut; diantaranya kesiapan dan minat dalam belajar.

Salah satu pendekatan yang dapat digunakan pada penentuan aspek lingkungan belajar ini adalah pendekatan sosiokultural. Teori sosiokultural berasal dari kajian sosiologi dan antropologi, namun juga digunakan sebagai perspektif atau sudut pandang dalam kajian lain seperti psikologi dan pendidikan untuk menjelaskan proses belajar dalam konteks sosial.

Pencetus teori sosiokultural yang popular diantaranya adalah Lev Vygotsky. Teori ini menekankan pentingnya perkembangan kecerdasan atau kognisi individu melalui kultur dan masyarakat. Pendekatan sosiokultural Vygotsky memang berfokus pada proses kognitif individu. Salah satu konsep dalam teori Vygotsky (Slavin, 1997), yaitu Zone of Proximal Development (ZPD).

Zone of Proximal Development (ZPD) merupakan rentang antara tingkat perkembangan sesungguhnya (kemampuan pemecahan masalah tanpa melibatkan bantuan orang lain) dan tingkat perkembangan potensial (kemampuan pemecahan masalah di bawah bimbingan orang dewasa atau melalui kerjasama dengan teman sejawat yang lebih mampu).

Dari teori ini dapat dilihat bahwa guru dapat mengelompokkan siswanya menjadi setidaknya dua jenis; kelompok slow learners (SL) dan fast learners (FL). Selanjutnya, guru menyiapkan beberapa susunan tempat duduk siswa sesuai dengan jenis kelompok mereka. Hal ini bertujuan agar guru dapat memberikan pendampingan yang sesuai pada dua jenis kelompok yang berbeda tadi. Pembagian waktu pendampingan bisa jadi berbeda dimana untuk kelompok slow learners mendapat pendampingan yang lebih lama dan intensif sibandingkan kelompok fast learners. Atau bisa jadi guru melibatkan kelompok FL memberi bantuan pendampingan pada kelmpok SL yang nantinya akan diberikan rewards.

Pengelompokan juga dapat dibuat berdasarkan minat siswa yang sejenis, maupun tingkat kesiapan siswa yang sama maupun berbeda, tergantung tujuan pembelajarannya. Pada dasarnya, guru perlu menciptakan suasana dan lingkungan belajar yang menyenangkan bagi siswa sehingga merasa aman, nyaman, dan tenang dalam belajar karena kebutuhan mereka terpenuhi.